Archive for the ‘Umum’ Category

Artikel ini ditujukan untuk setiap muslim yang masih memiliki darah mengalir di nadinya

Nadia adalah salah satu korban tentara Amerika di penjara Abu Ghraib. Dia ditangkap tanpa alasan. Ketika dia dibebaskan dari penjara, tidak langsung kembali ke pangkuan keluarganya sebagaimana kebanyakan tahanan lainnya yang telah mengalami hal buruk, meskipun ketika dia telah terbakar oleh api penindasan dan kerinduan pada keluarganya.

Nadia kabur dengan segera setelah dia meninggalkan penjara, bukan karena perasaan malu yang akan diterimanya karena sejumlah kejahatan yang dilakukannya, akan tetapi karena apa yang telah dialami olehnya dan wanita Iraq lain yang tertangkap, yaitu pemerkosaan dan penyiksaan yang dilakukan oleh tentara Amerika di penjara Abu Ghraib. Dinding penjara mengungkapkan banyak cerita tragis, namun apa yang dikisahkan Nadia merupakan kebenaran hidup dan sekaligus neraka hidup.

Nadia memulai ceritanya:

“Aku sedang mengunjungi salah seorang kerabatku, kemudian tiba-tiba tentara Amerika memasuki rumahnya dan mulai menggeledah rumah itu. Mereka menemukan beberapa senjata ringan. Maka merekapun menangkap semua orang yang berada di rumah itu termasuk aku. Aku mencoba menjelaskan pada penerjemah yang menyertai patroli Amerika bahwa aku hanyalah seorang pengunjung. Akan tetapi pembelaanku gagal. Aku kemudian menangis, memohon pada mereka, sampai hilang kesadaran karena takut ketika mereka membawaku ke penjara Abu Ghraib.

Nadia melanjutkan: “mereka menempatkanku sendirian di sebuah sel penjara yang gelap dan kotor. Aku berharap aku akan segera dibebaskan, utamanya setelah penyelidikan terbukti aku tidak melakukan kejahatan”.

Nadia menjelaskan sambil air matanya mengalir ke pipinya, sebuah pertanda betapa banyak dia telah mengalami penderitaan.

“Hari pertama sangat menyusahkan. Selnya berbau tidak sedap, lembab dan gelap, kondisi ini membuatku semakin lama semakin takut. Suara tertawa prajurit di luar sel semakin membuatku ketakutan. Aku khawatir akan apa yang menimpaku nanti. Untuk pertama kalinya aku merasa berada dalam cengkraman situasi yang sulit dan aku telah memasuki sebuah dunia yang tidak dikenal yang aku tidak akan pernah keluar darinya.

Ditengah beraneka ragamnya perasaanku saat itu, aku mendengar suara seorang tentara wanita Amerika berbicara dalam bahasa Arab. Dia berkata kepadaku: “Aku tidak mengira penjual senjata di Iraq adalah wanita.” Ketika aku mulai mencoba menjelaskan kepadanya kondisi yang sebenarnya, dia memukulku dengan kejam. Aku menangis dan berteriak “Demi Allah ! aku dianiaya, demi Allah ! aku dianiya”

Tentara wanita itu menghujaniku dengan cacian dengan cara yang belum pernah aku bayangkan bisa terjadi atau aku akan diperlakukan seperti itu dalam keadaan apapun selamanya. Kemudian dia mulai menertawakanku sambil mengatakan bahwa dia telah memonitorku sepanjang hari dengan satelit, dan bahwa mereka mampu melacak musuh-musuh mereka meskipun sedang berada di dalam kamar tidur mereka sendiri dengan teknologi Amerika.

Kemudian dia tertawa dan berkata,”Aku mengawasimu ketika kamu bercinta dengan suamimu.” Aku menjawab dengan suara kebingungan “Tapi aku belum menikah”.

Dia memukuliku selama lebih dari 1 jam dan dia memaksaku minum segelas air, yang kemudian kuketahui mereka memberi obat di air itu. Aku mendapatkan kembali kesadaranku setelah 2 hari dalam keadaan telanjang. Segera aku tahu jika aku telah kehilangan sesuatu yang hukum apapun di dunia tidak akan mampu mengembalikannya kepadaku lagi. Aku telah diperkosa. Aku kemudian histeris tak terkontrol, dan aku mulai memukulkan kepalaku dengan keras ke tembok sampai lebih dari lima tentara Amerika yang dikepalai tentara wanita itu memasuki sel dan mulai memukuliku, kemudian mereka memperkosaku bergantian sambil tertawa-tawa dan menperdengarkan musik dengan keras.

Hari demi hari skenario pemerkosaan terhadapku diulangi. Dan setiap hari mereka menemukan cara baru yang lebih kejam dibanding dengan yang sebelum-sebelumnya.”

Nadia mulai menjelaskan perbuatan mengerikan dari Amerika bajingan:

“Setelah sekitar satu bulan, seorang tentara negro memasuki selku dan melemparkan 2 potong pakaian militer Amerika kepadaku. Dalam bahasa Arab yang lemah dia mengatakan agar aku memakainya. Setelah dia menutup kepalaku dengan kantong hitam, dia menuntunku ke toilet umum yang ada pipa untuk air dingin dan panas, dan dia memintaku untuk mandi. Kemudian dia menutup pintu dan pergi.

Aku menjadi sangat lelah dan merasakan kesakitan, tanpa mempedulikan banyaknya memar di tubuhku aku menuangkang sejumlah air ke badanku. Sebelum aku selesai mandi, tentara negro tadi masuk ke dalam. Aku ketakutan dan memukul wajahnya dengan mangkok air. Namun dia sangat kuat, dia memperkosaku dengan kejam dan meludahi mukaku, kemudian dia pergi dan kembali lagi dengan 2 tentara yang membawaku kembali ke sel.

Perlakuan seperti itu terus berlanjut, yang paling parah kadang aku diperkosa sampai 10 kali dalam sehari, membuat kesehatanku sangat buruk.”

Nadia berlanjut mengungkapkan perbuatan Amerika yang mengerikan terhadap wanita-wanita Iraq, dia berkata:

“Setelah lebih dari 4 bulan, seorang tentara wanita datang, dan aku menyimpulkan dari percakapannya dengan tentara lainnya jika namanya adalah Mary. Dia berkata kepadaku “sekarang kamu memiliki kesempatan emas, karena seorang petugas yang memiliki posisi tinggi akan mengunjungi kita hari ini. Jika kamu menghadapinya dengan sikap yang positif kamu akan dibebaskan, terutama karena kami sekarang yakin kamu tidak bersalah.”

Aku menjawab,”Jika kalian yakin aku tidak bersalah, mengapa kalian tidak membebaskan aku?”

Dia menjerit dengan gelisah,”Satu-satunya yang menjamin terbebasnya kamu adalah sikap positifmu terhadap mereka.”

Dia membawaku ke toilet umum, dan dia mengawasiku mandi sambil membawa tongkat tebal untuk memukulku jika aku tidak melakukan perintahnya. Kemudian, dia memberiku make up, dan memperigatkanku untuk tidak menangis dan merusak make up ku. Lalu dia membawaku ke sebuah ruangan kosong yang di situ tidak ada apapun kecuali sebuah penutup lantai. Setelah satu jam dia datang dengan ditemani 4 tentara dengan memegang kamera. Dia melepas bajunya dan mulai menggangguku seoalah-olah dia adalah seorang lelaki. Tentara lainnya tertawa dan memperdengarkan musik yang ribut, mengambil photoku dalam berbagai pose, dan mereka menunjuk-nunjuk wajahku. Yang wanita menyuruhku tersenyum, jika tidak dia akan membunuhku. Dia mengambil pistol dari salah satu temannya dan menembakkan empat peluru di dekat kepalaku seraya bersumpah bahwa peluru yang kelima akan ditembakkan tepat di kepalaku.

Setelah itu, keempat tentara lainnya memperkosaku secara bergantian sampai aku kehilangan kesadaranku. Ketika kesadaranku pulih aku menemukan diriku di sel dengan bekas-bekas gigitan, kuku dan rokok ada di sekujur tubuhku.”

Nadia berhenti bercerita tentang tragedi yang menimpanya untuk menyeka air matanya, kemudian dia melanjutkan lagi: “Kemudian suatu hari Mary datang dan mengatakan kepadaku bahwa aku kooperatif dan akan dibebaskan setelah aku menonton film yang mereka rekam. Aku merasa sakit setelah menonton filmnya, dan Mary mengatakan,”Kamu telah diciptakan hanya untuk membuat kami bersenang-senang”. Saat itu aku menjadi sangat marah dan aku menyerangnya meskipun aku takut akan reaksinya, aku akan membunuhnya kalau saja tentara lain tidak turut campur. Ketika para tentara melepaskanku, Mary menghujaniku dengan pukulan, kemudian mereka meninggalkanku.

Setelah kejadian itu, tidak ada seorangpun yang menggangguku selama lebih dari satu bulan. Aku menghabiskan masa itu dengan beribadah dan berdoa pada Allah Ta’ala yang memiliki seluruh kekuatan untuk menolongku.

Mary datang dengan beberapa tentara yang memberiku pakaian yang kukenakan ketika mereka menangkapku dan membawaku ke sebuah mobil Amerika. Kemudian mereka melemparkanku di sebuah jalan raya setelah memberiku 10.000 dinar Iraq.

Aku pergi ke sebuah rumah yang berdekatan dengan tempat aku dibuang, dan untuk mengetahui reaksi keluargaku, aku memilih mengunjungi salah seorang kerabatku supaya mereka mengetahui apa yang telah menimpaku ketika menghilang. Aku mengetahui bahwa saudaraku telah memasang papan tanda duka untukku selama lebih dari 4 bulan, mereka menganggapku sebagai orang yang sudah mati.

Aku memahami jika tikaman malu sudah menungguku. Maka, aku pergi ke Baghdad dan menemukan sebuah keluarga yang baik yang menampungku, dan aku bekerja pada keluarga ini sebagai pembantu dan guru privat bagi anak-anaknya.

Nadia terheran dalam kesakitan, penyesalan dan kemarahan:

“Siapa yang akan memuaskan dahagaku? Siapa yang akan mengembalikan keperawananku? Apa salah keluarga dan familiku? Aku mengandung seorang bayi, bahkan akupun tidak tahu siapa ayahnya.”

Dan Nadia mengakhiri ceritanya sampai di sini.

Apakah Amerika hanya memperkosa Nadia ataukah mereka memperkosa seluruh pria dan wanita di Ummat Islam ? Nadia adalah saya dan anda, istrimu dan juga istriku, saudarimu dan juga saudariku, ibumu serta ibuku. Dimanakah para pembela kesucian Islam! Dimanakah para pembela Islam!

“Mungkin masih banyak kisah menyesakan dada, bagi kita ummat Islam. Mungkin masih ada Nadia-Nadia lain di dalam penjara penuh penjaga babi dan kera berbangsa Amerika. Dimanakah kalian, jikalau kalian tidak tersentuh dengan cerita saudari kita, marahkah kalian dengan perlakuan manusia-manusia yang lebih kotor dari binatang ternajis sekalipun, bahkan mungkin mereka menjadi yang paling hina di Dunia dan Akhirat. Bangunlah wahai ummat!! Tidur kalian sudah terlalu lelap!!”

Sumber: lahaonline.com

BUKALAH MATA HATI KEBENARAN KALIAN WAHAI KAUM MUSLIMIN, SAUDARA KITA DIPERLAKUKAN BIADAB OLEH PARA PENGIKUT IBLIS YA ROBB BERIKANLAH KEKUATAN DAN KEIMANAN DAN AQIDAH YANG KUAT’

KAMI MENDOA’AKANMU DAN TERUS BERUPAYA MENEGAKAN KALIMATILLAH

Apa Itu Filsafat?

Posted: September 16, 2010 in Umum

hayatulislam.net – Soal: Apa itu Filsafat? Bagaimana pandangan Islam terhadap filsafat? Apakah para ulama dahulu menggunakan metode filsafat untuk memperkuat keimanan mereka? Apakah filsafat bisa memberi kontribusi terhadap dakwah Islam sekarang?

Jawab: Saya tidak akan masuk pada pembahasan-pembahasan filsafat secara definitive, akan tetapi langsung pada substansi pertanyaannya. Pada dasarnya, filsafat yang kemudian mendapat kecaman dan kritik dari kalangan kaum muslim, adalah metode berfikir (epistemologi) yang didasarkan pada kaedah-kaedah silogisme (ilmu mantic). Kaedah-kaedah ini disusun berdasarkan hubungan-hubungan premis yang disusun di atas silogisme tertentu.

Para ahli logika telah menyusun bermacam-macam kaedah logika, misalnya mulai dari logika kuantitas menjadi kualitas, coversion (pembalikan), obversion (perlipatan), contraposition (perlipatan terbalik), hingga silogisme. Silogisme sendiri terdiri dari empat macam (menurut Aristoteles). Kadang-kadang ada yang membaginya menjadi tiga. Silogisme Aristoteles adalah silogisme paling terkenal yang dipakai hingga sekarang.

Dari keragaman kaedah logika tersebut, kita bisa menarik benang merah, bahwa mereka berusaha memberikan simpulan (konklusi) atas suatu fakta berdasarkan premis-premis (premis major, dan premis minor) yang kemudian disusun dalam kaedah-kaedah logika tertentu. Contohnya adalah kesimpulan dari sebagian orang yang menyatakan bahwa al-Qur’an adalah makhluk.

Premis major = al-Qur’an tersusun dari huruf Arab
Premis minor = Huruf Arab adalah makhluk
Conclusi = al-Qur’an adalah makhluk

Ahli filsafat hanya berkutat dengan premis-premis ini, kemudian menyusunnya dalam timbangan logika. Konklusi apapun yang lahir dari premis minor dan mayor, dianggap sebagai sebuah kesimpulan yang benar, bila sejalan dengan kaedah-kaedah logika. Padahal, bisa jadi kesimpulan itu salah dan bertentangan dengan fakta yang ada.

Pada dasarnya, cara berfikir semacam ini tidak pernah dikenal oleh kaum muslim. Bahkan, cara berfikir semacam ini adalah cara berfikir dangkal yang akan merusak akal manusia. Sedangkan tradisi berfikir kaum muslim tidak dibentuk berdasarkan filsafat. Mereka diajari untuk mengamati fakta kemudian membuat kesimpulan berdasarkan fakta tersebut dan berdasarkan dalil naqliy yang terpercaya. Jika suatu perkara itu bisa diindera dan didekati dengan akal, maka proses pembuktiannya cukup dengan akal. Akan tetapi, jika suatu perkara sudah berada di luar jangkauan indera, maka akal tidak mampu menjangkaunya, dan untuk membuat kesimpulan dalam ranah seperti ini, mereka disuruh melihat dalil-dalil naqliy yang shahih. Dalam kondisi seperti ini, akal harus tunduk dengan dalil naqliy yang menerangkan perkara tersebut. Kaum muslim juga tidak diperintahkan untuk membahas secara mendalam, hal-hal yang tidak diterangkan secara rinci oleh nash-nash syara’. Misalnya, duduknya Allah, Allah bisa dilihat dengan mata atau tidak, dan lain sebagainya. Seorang muslim hanya menyandarkan diri pada makna-makna global yang ditunjukkan oleh nash tersebut, dan tidak perlu membahasnya lebih rinci dan mendalam lagi.

Dari sinilah kita bisa memahami, mengapa para ‘ulama sangat benci terhadap ahli kalam, bahwa konon Imam Syafi’iy pernah memberikan fatwa kepada kaum muslim untuk memukul ahli kalam dengan pelepah kurma jika mereka bertemu.

Cara berfikir kaum muslim boleh dikatakan sangat simple dan sederhana, namun sangat mendalam dan produktif. Untuk membuktikan kebenaran sesuatu, mereka mencukupkan diri dengan penginderaan, jika sesuatu tersebut berada dalam jangkauan indera. Jika indera mereka tidak mampu menjangkau hal tersebut, maka mereka mencukupkan diri pada keterangan yang disampaikan oleh al-Qur’an dan as-sunnah.

Untuk membuktikan eksistensi Allah, kaum muslim diajari untuk mengamati dan meneliti alam semesta melalui inderanya, bukan dengan cara membuat kesimpulan berdasarkan premis-premis logika. Dengan mengamati alam semesta, kita bisa menyimpulkan bahwa ada al-Khaliq al-Mudabbir yang menciptakannya. Adapun hal-hal yang berada di luar jangkauan indera, mereka diperintahkan untuk merujuk kepada dalil-dalil yang pasti. Misalnya, tentang adanya surga dan neraka. Indera tidak mampu menjangkau keduanya. Untuk itu, akal tidak bisa menetapkan seperti apa surga dan neraka itu. Dalam keadaan seperti ini, seorang muslim mesti merujuk kepada keterangan yang telah dipaparkan oleh al-Qur’an tentang surga dan neraka. Jika al-Qur’an tidak menerangkan secara rinci, maka kita harus mencukupkan diri pada pengertian-pengertian globalnya saja. Kita tidak perlu membahasnya lebih rinci lagi. Sebab, tidak ada dalil yang menerangkan secara detail masalah itu. Misalnya, duduknya Allah di ‘Arsy. Kita mesti yakin terhadap malah ini. Namun kita tidak perlu membahas lebih rinci, bagaimana posisi dudukNya, terbuat dari apa ‘Arsy itu, jika memang tidak ada dalil yang menerangkannya.

Walhasil, filsafat tidak akan mampu membangun keimanan yang kokoh dan tangguh. Sebaliknya, ia adalah metodologi berfikir yang rusak dan dangkal. Lebih dari itu, filsafat tidak akan memberikan pengaruh apapun bagi dakwah Islam, dalam arti pengaruh yang baik. Justru dengan filsafatlah kaum muslim terpecah belah dalam firqah-firqah yang tidak jarang firqah-firqah tersebut saling menyerang, mengkafirkan, bahkan saling membunuh satu dengan yang lain. Untuk itu, filsafat harus ditinggalkan dan dibersihkan dari benak kaum muslim. Wallahu a’lam bi ash-shawab

Menyambut Kehadiran Sang Buah Hati

Posted: Februari 19, 2010 in Umum

Penulis: Abu Ukkasyah Darsan Andi

Di antara keutamaan dan kesempurnaan syariat islam ialah memuat segala sesuatu. Termasuk di antaranya adalah penjelasan hukum berkaitan dengan menanti si buah hati serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Dengan demikian para orang tua dapat melaksanakan kewajiban terhadap buah hatinya secara jelas. Alangkah indahnya masyarakat yang mampu melaksanakan syariat Alloh di muka bumi ini dimulai dari keluarganya. Tentu saja untuk merealisasikan hal tersebut kita wajib mengikuti tuntunan yang Alloh gariskan melalui Nabi-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam.

1. Mensyukuri Nikmat Alloh Atas Kehadiran Buah Hati.
Kedua orang tua ketika dianugerahi anak oleh Alloh, hendaklah bersyukur kepada Alloh atas nikmat tak terkira dari-Nya tersebut. Keadaan keluarga yang tidak Alloh karuniai dengan anak tentulah akan terasa kurang sempurna dan sepi. Dalam Al Quran Alloh mengisahkan tentang sepasang suami istri yang berdoa kepada Robbnya tatkala sang istri sedang mengandung, Alloh berfirman:

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلاً خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّآ أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ ءَاتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ فَلَمَّآ ءَاتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلاَ لَهُ شُرَكَآءَ فِيمَآءَاتَاهُمَا فَتَعَالَى اللهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dialah yang menciptakan kalian dari satu manusia dan menjadikan darinya istrinya, agar dia merasa tentram dengannya. Maka setelah dia mengumpulinya, istrinya mengandung kandungan ringan, terus merasa ringan beberapa waktu. Tatkala dia merasa berat, maka keduanya berdoa kepada Robbnya, seraya berkata: “Sesungguhnya jika engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang yang bersyukur”. Tatkala Alloh memberi anak yang sempurna kepada keduanya, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Alloh terhadap anak yang telah dianugerahkan kepada keduanya. Maha suci Alloh terhadap apa yang mereka persekutukan”. (QS Al A’raaf: 189-190)

Ayat tersebut menunjukkan hendaklah orang tua bersyukur kepada Alloh sebagaimana keduanya berdoa kepadaNya takkala bayi tersebut masih dalam kandungan.

2. Memberi Nama yang Baik
Orang tua hendaknya memberi nama yang baik untuk buah hatinya. Rosululloh mengajari nama yang paling disukai oleh Alloh. Dalam sebuah hadits Rosululloh bersabda yang artinya, “Sesungguhnya nama yang paling disukai Alloh adalah Abdullah dan Abdurrohman.” (HR. Muslim, Abu Dawud). Sering kali terjadi kesalahan pada sebagian orang tua, setelah anak diberi nama yang baik malah dipanggil dengan nama panggilan yang jelek. Contohnya Abdullah dipanggil dul, atau orang tua memberi nama yang diharamkan bahkan termasuk kesyirikan kepada Alloh seperti Abdul Ka’bah, Abdul Rasul dan sejenisnya. Kebiasaan yang seperti ini harus ditinggalkan karena akan memberikan dampak yang tidak baik bagi orang tua maupun anaknya.

3. Aqiqah ( Menyembelih Kambing )
Termasuk yang disyariatkan oleh Alloh ketika menyambut buah hati adalah bersyukur kepada Alloh dengan Aqiqah. Aqiqah adalah menyembelih kambing pada hari ketujuh dihitung mulai dari hari kelahiran. Untuk anak laki-laki dua ekor kambing sedangkan untuk anak perempuan satu ekor kambing. Sebagaimana sabda Rosululloh yang artinya, “Bayi laki-laki hendaklah diaqiqahi dua ekor kambing sedangkan bayi permpuan satu ekor kambing.” (Shohih. HR. Ahmad dan Tirmidzi). Dalam hadis lain, Samurah bin Jundub menuturkan bahwa Rosululloh bersabda, “Setiap bayi tergadai dengan aqiqahnya. Pada hari ketujuh kambing aqiqah disembelih, rambut kepalanya dicukur serta diberi nama.” (Hasan Shohih. HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad).

4. Mencukur Habis (baca: Menggundul) Rambut Bayi dan Bersedekah
Disyariatkan pula pada hari ketujuh dilakukan ibadah-ibadah yang lain seperti :

1. Mencukur habis rambut kepala dengan tidak melakukan qoza, yaitu mencukur sebagian dan membiarkan sebagian yang lain. Ibnu Umar menceritakan bahwa Rosululloh melarang qoza. (HR. Bukhari). Perlu ada kehati-hatian saat mencukur rambut, karena kulit kepala bayi masih lunak.
2. Bersedekah untuk orang miskin dengan senilai perak yang seberat rambut bayi. “Cukurlah rambut kepalanya (Al-hasan) kemudian bersedekahlah dengan perak untuk orang-orang miskin seberat rambut tadi.” (Hasan HR Ahmad). Perintah untuk mencukur habis rambut bayi ini berlaku untuk anak laki-laki dan perempuan. Namun yang dirojihkan Syaikh Al Utsaimin, cukur habis ini hanya berlaku untuk bayi laki-laki (Lihat Syarh Mumti’ 7/540)

Kisah Tragis Kiyai Liberal

Posted: Februari 19, 2010 in Umum

“Apa!? kamu hamil?!” Pak tua itu terbelalak mendengar pengakuan putri bungsu yang dicintainya. Dia langsung berdiri dan memburu ke arah sang putri, mengangkat tangannya tinggi-tinggi, siap mendaratkan tamparannya, tapi…

“Jangan Paa… sabaar..!” istrinya menjerit sambil berusaha menghalangi dengan memeluk erat tubuh gadis kesayangannya. Sang bapak pun mengurungkan niatnya, tapi nampak jelas kemarahan dan kekecewaan luar biasa menguasai dirinya. Tubuhnya bergetar, matanya merah melotot, menatap tajam ke arah putrinya.

“Siapa!? Siapa yang berbuat kurang ajar begini, hah??” bentaknya tiba-tiba.

Sang putri hanya terdiam, terisak dan menyembunyikan wajahnya dalam pelukan sang ibu.

“Ya Allahhh… kenapa ini terjadi pada keluargakuu..?? Aku yang ditokohkan orang sebagai cendekiawan muslim terkemuka di negeri ini, hanya membesarkan seorang pelacur!!!” Orang tua itu mengeluh dan mengomel seolah ingin memuntahkan seluruh kekesalan dan kekecewaan dari ubun-ubunnya. Sementara, sambil terus memeluk anaknya, sang istri berusaha menenangkan suasana.

“Istigfar Paa, siapa sih yang pelacur? Anak kita kan hanya korban…” belum selesai si istri berbicara, “Korban apa? Wong dia sengaja melakukannya!!!” Pak tua yang masih kesal itu kini bertambah marah mendengar istrinya berusaha membela sang anak.

Suasana langsung hening, sang istri hanya menunduk, tidak mampu berkata apa-apa. Sejenak kemudian lelaki tua itu menarik kursi ke arah istri dan anaknya yang masih saling berpelukan, dan menghempaskan tubuhnya yang mulai renta itu.

“Ufhhh…, kenapa kau lakukan ini, Nak?” nada bicaranya nampak mulai menurun. Lalu dia menunduk sambil menutupi mukanya dengan kedua tangan keriputnya, seakan tindakan itu bisa menutupi rasa malu yang akan dipikulnya ketika tersiar kabar di media massa infotaintment, “Putri Cendikiawan Muslim Terkemuka, Hamil di Luar Nikah dengan Pemuda Kristen.”

“Pokoknya, kamu harus dicambuk seratus kali!” tiba-tiba dia berucap tegas. Istrinya yang sedari tadi diam, serta-merta menoleh ke arahnya sambil mengernyitkan dahi.

“Apa, Pa? Dicambuk? Bukannya papa pernah bilang cambuk itu hukuman primitif yang tidak pantas untuk diberlakukan lagi? Papa juga sering menulis di buku dan berbagai media bahwa hudud itu sudah tidak relevan dan ketinggalan zaman?!” sang istri memberanikan diri untuk angkat bicara.

Mendengar itu, sang cendekiawan pun semakin terhenyak ke kursinya, dia pun terdiam tak tahu harus bagaimana.

*****

Semenjak kejadian itu, kini lelaki tua tujuh puluh tahunan itu terkulai lemah di atas pembaringan sebuah ruangan gawat darurat sebuah rumah sakit ibu kota. Dia mengalami depresi yang cukup berat. Dalam dirinya terjadi pertentangan batin yang hebat. Dia sadar bahwa selama ini dia terdepan meneriakkan keabsahan nikah beda agama, meneriakkan slogan  anti penerapan syariat Islam, menentang jilbab dan menyatakan jilbab bukan ajaran Islam tapi tradisi Arab. “Itu budaya orang Arab, bukan budaya Islam!” tegasnya setiap saat ketika memberikan mata kuliah di depan mahasiswanya.

Tapi, kini nuraninya berontak ketika menyaksikan kedua putri-putrinya menyingkap aurat, berpakaian minim dan sudah tidak seakidah lagi dengannya. Dia ingin menyuruh mereka istiqamah dalam syariat Islam, hidup dalam rumah tangga islami,  dan menutup aurat seperti yang diperintahkan Al Quran, tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur. Kedua putrinya justru jadi orang yang gigih mengamalkan ideologi sekuler liberalnya.

Dengan busana gaul ala artis MTV, kini putrinya terjerumus kepada perbuatan zina dengan pemuda non muslim. Nuraninya menuntut untuk menjatuhkan hukuman sesuai dengan syariat Islam. Karena dia sangat mengerti bahwa hukuman di dunia akan membebaskan sang putri dari hukuman yang lebih dahsyat di akhirat nanti.

“Nak, walau bagaimana, kamu adalah seorang muslimah, jika terlanjur melakukan zina, kamu harus bertobat dan dihukum dengan hukuman yang telah ditetapkan oleh Islam.” Entah untuk ke berapa kalinya dia mengatakan itu pada sang putri. Karena tuntutan nuraninya, dia selalu mencoba meyakinkan putrinya agar mau menjalani hukuman cambuk dan pengasingan.

Hingga suatu ketika, saat saat sang putri membesuknya, dia mencoba membujuk putrinya. Tak disangka-sangka sang putri langsung berkata, “Ya sudah, kalau memang dalam Islam seperti itu, aku mau masuk Kristen aja!”

“Apaaa?!” bak disambar petir, pak tua itu langsung terlonjak berdiri. Matanya melotot seolah mau copot. “Kamu sudah gila, ya? Kalo kamu masuk Kristen, kamu berarti Murtad!! Kamu kafir dan…” Ia tak sanggup lagi meneruskan kata-katanya, karena amarahnya sudah membumbung tinggi. Dengan suara menggelegar dia hardik sang putri yang langsung terdiam, menggigil ketakutan.

“Apa nggak salah denger nih, Pa?” tiba-tiba putri sulungnya yang kebetulan sedang berkunjung, angkat bicara membela adiknya. “Papa ngomong apa sih, murtad.. kafir… Hak Diana dong Pa, untuk masuk Kristen, karena dia sudah merasa tidak cocok dengan Islam. Agama kan, wilayah privat yang tidak bisa dicampuri orang lain. Pindah agama ke Kristen adalah wilayah privat Diana. Papa tidak bisa, dong… ikut campur!”

“Jangan asal ngomong kamu, Len!!” pak tua itu langsung membentaknya.

“Dengar Lena, sebenarnya papa tidak pernah merestui kamu menikah dengan orang Kafir itu. Haram hukumnya muslimah menikah dengan orang kafir!!”

“Sekarang papa berani bilang begitu, lalu kenapa papa selama ini sibuk menulis di buku dan berbagai media bahwa semua agama itu sama kebenarannya? Untuk apa papa berkoar-koar semua pemeluk agama akan masuk surga? Itu semua bohong? Iya, Pa? Papa selama ini hanya menipu orang banyak dengan semua tulisan dan ucapan Papa itu?” Lena memberondong sang ayah yang sudah tua dan sedang sakit itu dengan berbagai pertanyaan yang sangat menyudutkan.

“Diaamm..!!!” dia semakin kalap mendengar ocehan sang putri sulung.

“Kenapa Lena harus diam? Lena kan hanya mengulang ucapan-ucapan yang Papa ajarkan!” Si sulung tidak mau kalah, balas membentak. “Asal Papa tahu, sekarang aku sudah ikut agama Mas Yudha, aku sudah masuk agama Budha!”

“Apaa?! … beraninya kamu murtad Lena.. kamu sudah kafir, akan masuk neraka… darahmu sekarang halal ditumpahkan… akan aku bun… aaaakhhh!”

“Pa..pa..istigfar pa…, istigfaaar!!!” Sang istri berusaha menenangkan suaminya yang berteriak-teriak mengigau. Lelaki itu terus meronta-ronta sambil berteriak tak karuan. “Susteer… tolong susteer..” Sang istri pun menjerit histeris. Tak lama kemudian berdatanganlah beberapa perawat laki-laki, memegangi tangan dan kakinya sampai dia tenang kembali.

“Ahh.. hhh..hhh” lelaki itu nampak terengah, nafasnya memburu..

“Tenang Pak, istigfar..” salah seorang perawat terus berusaha menenangkannya.

Lelaki tua itu pun berangsur tenang, perlahan dia membuka kedua bola matanya, memandang sekelilingnya. Nampak olehnya sang istri yang masih menyisakan cemas di wajahnya. Kedua biji matanya menyapu sekeliling ruangan itu, namun tak didapatinya kedua orang putrinya.

“Ma.. apa.. d..Di..ana jj..jadi masuk kk..Kristen?” mulutnya bergetar, dengan suara yang amat lemah dia berusaha bertanya ke istrinya. Setelah terdiam beberapa saat, bingung harus menjawab apa, sang istri pun memberanikan diri untuk mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

..Kepalanya terkulai lemas, tatapannya kosong, perlahan dia pun kembali memejamkan mata… tiba-tiba.. dia teringat sebuah hadits Nabi yang dulu sangat dihafalnya sejak kecil…

“Fhhhhh…” lelaki itu menghembuskan nafas kuat-kuat, seolah ingin melepaskan semua beban di dadanya. Kepalanya terkulai lemas, tatapannya kosong, perlahan dia pun kembali memejamkan mata… tiba-tiba.. dia teringat sebuah hadits Nabi yang dulu sangat dihafalnya sejak kecil… “Apabila anak Adam meninggal dunia, terputus seluruh amalannya kecuali tiga perkara… Ilmu yang bermanfaat, shadaqah jariah, dan anak shaleh yang akan mendoakan..” Dia langsung membelalakkan matanya, “Anak yang shalehhh…” mulutnya berdesis. “Aku tidak punya anak yang shaleeeh… kedua putri ku telah murtaaad!!.. aahhh, siapa nanti yang akan mendoakanku?? Hik..hik..hik..” dia pun terisak, tubuhnya berguncang hebat menahan isakan tangis penyesalannya.

***

Sang cendekiawan tertunduk menatap tajam ke arah gundukan tanah yang masih merah tempat istrinya dibaringkan untuk selama-lamanya. Tanpa disangka, istrinya yang segar-bugar, mendahuluinya menemui sang Khaliq. Sementara sang cendekiawan tua yang belum bisa mengatasi depresi berat itu masih bertahan hidup, meski sakit-sakitan. Kini, tinggallah Kyai Liberal ini dengan dua orang putrinya.

Tiba-tiba dia tersentak, teringat kedua putrinya kini beda agama dengannya, berarti hanya dia sendiri yang muslim.

Ketika hendak beranjak berdiri. Tanpa sengaja bola matanya terpaku pada sebuah nisan berlambang salib, tak jauh dari makam istrinya. “Ya Allah, bila aku mati nanti, akankah namaku terpampang di batu nisan seperti di makam salib itu?”

In Memory Gus Dur dan Polemik Kitab Cabul

Posted: Februari 19, 2010 in Umum

 

Belakangan, kontroversi Gus Dur murtad mengemuka setelah Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di hadapan ribuan jamaah pengajian di Masjid Ramadhan Bekasi, Ahad (3/1/2009), menyebut Mr Dur sebagai orang murtad. Salah satu alasan Ustadz Ba’asyir menyatakan Mr Dur Murtad adalah pernyataan Gus Dur pada tahun 2006 yang menyebut Al-Qur’an sebagai Kitab Suci paling porno di dunia. Statemen yang pertama kali dipublish oleh muslimdaily.net dengan judul “Ustad Abu: Mr Dur itu Murtad” itu mendapat tanggapan berbagai pihak dan meramaikan dunia maya.

Terlepas dari polemik apakah Mr Dur alias Gus Dur itu murtad atau tidak, dalam artikel ini penulis mengajak pembaca untuk menengok kembali ke belakang, soal kontroversi ”Al-Qur’an Porno” yang ditudingkan Gus Dur itu. Artikel ini pernah dimuat di Majalah Tabligh yang diterbitkan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah (volume 02No. 02 th 2006 M).

Kontroversi ”Al-Qur’an porno” ini bermula ketika dalam sebuah wawancara yang direlease dalam situs Islam Liberal, dengan beraninya Gus Dur menghina Al-Qur‘an sebagai kitab suci terporno di dunia. “Sebaliknya menurut saya. Kitab suci yang paling porno di dunia adalah Al-Qur’an, ha-ha-ha…” katanya sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Menurutnya, kesimpulan ini didukung oleh adanya ayat Al-Qur‘an tentang perintah menyusui bayi hingga berusia 2 tahun. Gus Dur mengomentari ayat yang dimaksud sebagai berikut: “Loh, jelas kelihatan sekali. Di Al-Qur‘an itu ada ayat tentang menyusui anak dua tahun berturut-turut. Cari dalam Injil kalau ada ayat seperti itu. Namanya menyusui, ya mengeluarkan tetek kan?! Cabul dong ini. Banyaklah contoh lain, ha-ha-ha…”

Entah tidak hafal atau lupa dengan ayat mana yang dimaksud, sehingga Gus Dur tidak mengutip ayat yang dimaksud. Memang, Al-Qur‘an menyebutkan perintah kepada para ibu untuk menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh. Ayat itu sebagai berikut:

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf…” (Qs. Al-Baqarah 233).

..Melihat kata “menyusui” dalam kitab suci, Gus Dur tertawa terkekeh-kekeh sambil melecehkannya sebagai kitab suci terporno di dunia. Lantas, jika Gus Dur membaca puluhan ayat yang menyebut-nyebut buah dada, buah zakar, peler, pantat, menjamah-jamah, memegang-megang buah dada, birahi, memperkosa, dan lain-lain…

Ayat ini tidak dapat disebut cabul. Anggapan Gus Dur bahwa kata “menyusui” identik dengan mengeluarkan tetek, sungguh keliru. Sebab soal aurat itu ada batasan-batasannya. Sehingga perintah menyusui bayi pada ayat di atas tidak bisa dipahami secara parsial lalu ditafsirkan sebagai perintah untuk mengeluarkan tetek lalu diklaim sebagai ayat porno.

Dalam Islam, menyusui bayi itu ada etikanya, antara lain harus tetap menutup aurat, karena dalam surat An-Nur 31 dan Al-Ahzab 59 Allah SWT menyatakan bahwa yang disebut sebagai aurat wanita adalah seluruh anggota badan kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa payudara wanita (istilah Gus Dur, tetek) adalah aurat dan haram ditampakkan kepada orang yang bukan mahramnya.

Tantangan Gus Dur: Bibel tidak ada kata porno

Belum puas menghina Al-Qur‘an sebagai Kitab Suci paling cabul di dunia, kemudian Gus Dur menyanjung Injil, kitab suci Kristiani. “Cari dalam Injil kalau ada ayat seperti itu,” tantangnya.

Tantangan ini perlu disambut dengan bijak. Mari kita penuhi tantangan Gus Dur, dengan mencari ayat-ayat porno dalam kitab suci Kristiani. Dalam Bibel, sedikitnya terdapat 13 kata “menyusui” baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dua ayat di antaranya:

“Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: “Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu.” Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya(Keluaran 2:9).

“Berbahagialah ibu yang telah mengandung engkau (Yesus) dan susu yang telah menyusui engkau” (Lukas 11:27).

Kalau adanya kata “menyusui” dalam Al-Qur`an, lalu ditertawakan sebagai kitab suci porno, lantas bagaimana dengan nasib Bibel yang mengoleksi belasan kata “menyusui?”

..Belum puas menyebut Al-Qur‘an sebagai Kitab Suci paling cabul di dunia, kemudian Gus Dur menyanjung Injil, kitab suci Kristiani. “Cari dalam Injil kalau ada ayat seperti itu,” tantangnya…

Mungkin Gus Dur belum membaca ayat-ayat Bibel ini. Padahal, masih banyak kalimat yang benar-benar porno dan vulgar dalam Bibel. Berikut beberapa ayat contohnya:

“Orang yang hancur buah pelirnya atau yang terpotong kemaluannya, janganlah masuk jemaah Tuhan” (Ulangan 23:1).

“Di sana susunya dijamah-jamah dan dada keperawanannya dipegang-pegang(Yehezkiel 23:3).

“Dan Ohola berzinah, sedang ia Aku punya. Ia sangat berahi kepada kekasih-kekasihnya” (Yehezkiel 23:5).

“Pada masa mudanya orang sudah menidurinya, dan mereka memegang-megang dada keperawanannya dan mencurahkan persundalan mereka kepadanya” (Yehezkiel 23:8).

“Oleh karena ia melakukan persundalannya dengan terang-terangan dan memperlihatkan sendiri auratnya (Yehezkiel 23:18).

“Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda (Yehezkiel 23:20).

“Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu” (Yehezkiel 23:21).

“Engkau bersundal dengan orang Mesir, tetanggamu, si aurat besar itu” (Yehezkiel 16:26).

“Betapa besar hawa nafsumu itu, demikianlah firman Tuhan Allah” (Yehezkiel 16:30).

“Aku akan menyingkapkan auratmu di hadapan mereka, sehingga mereka melihat seluruh kemaluanmu (Yehezkiel 16:37).

“Dan melampiaskan hasratnya dengan pencinta mereka, yang pelirnya seperti pelir keledai…” (Yehezkiel 23:20, Bibel tahun 1970).

“…dan orang Etiopia sebagai buangan, tua dan muda, telanjang dan tidak berkasut dengan pantatnya kelihatan, suatu penghinaan bagi Mesir” (Yesaya 20:4).

Sebetulnya, masih banyak ayat-ayat Bibel yang begitu vulgar melukiskan adegan seksual, percabulan, persetubuhan, perkosaan, perzinahan dan fantasi seksual. Tak heran jika Profesor David M Carr menyebutnya dengan istilah “The Erotic Word” (Firman Tuhan yang Erotis).

George Bernard Shaw, kritikus kaliber internasional menyebut Alkitab dengan julukan yang sangat pedas: “The most dangerous book (the Bible) on earth, keep it under lock and key”. (Bibel adalah kitab yang paling berbahaya di muka bumi. Simpanlah kitab ini dalam laci dan kuncilah rapat-rapat).

Bahkan Gene Kasmar mengomentari dan menuangkan kalimat-kalimat panas dalam Bibel itu dalam buku khusus berjudul “All the Obcenities in the Bible” (Berbagai Percabulan dalam Bibel). Dalam buku setebal 488 halaman ini Kasmar membagi ayat-ayat erotis Alkitab menjadi 29 bab. Sebelum memgulas masalah incest dalam Bibel, Kasmar mengutip pendapat Thomas Paine:

“Whenever we read the obscene stories, the voluptuous debaucheries, the cruel and torturous executions, the unrelenting vindictiveness, with which more than half the Bibel is filled, it would be more consistent that we called it the word of a demon, than the word of God. It is a history of wickedness, that has served to corrupt and brutalize mankind; and, for my own part, I sincerely detest it, as I detest everything that is cruel. We scarcely meet with anything, a few phrases excepted, but what deserves either our abhorrence or our contempt…” (Thomas Paine, The Age of Reason, p. 15, pub. 1792).

Melihat kata “menyusui” dalam kitab suci, Gus Dur tertawa terkekeh-kekeh sambil melecehkannya sebagai kitab suci terporno di dunia. Lantas, jika Gus Dur membaca puluhan ayat yang menyebut-nyebut buah dada (alias tetek, kata Gus Dur), buah zakar, peler, pantat, menjamah-jamah, memegang-megang buah dada, birahi, memperkosa, dan lain-lain? Apakah Gus Dur tertawa terbahak-bahak sampai pingsan seraya berkata, “Kitab suci paling porno di seluruh dunia adalah Bibel?” Dos pundi, Gus?

By: A. Ahmad Hizbullah MAG (ahmadhizbullah@gmail.com)